Pengaruh Garam Terhadap Tekanan Darah
Garam sering dijadikan kambing hitam meningkatnya tekanan darah oleh sebagian besar masyarakat. Anggapan ini bisa jadi dilatarbelakangi karena garam hampir selalu digunakan dalam masakan Indonesia. Akibatnya, masyarakat langsung menjauhi konsumsi garam ketika tekanan darah meningkat. Padahal, garam tidak memberikan pengaruh seburuk itu terhadap kesehatan.
Garam
dapur mengandung natrium yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi tubuh.
Natrium berfungsi mengatur volume darah, tekanan darah, kadar air, dan fungsi
sel. Tetapi konsumsi garam sebaiknya tidak berlebihan. Asupan garam berlebihan
terus menerus tentu akan memicu keluhan darah tinggi. Tubuh hanya membutuhkan
natrium sebanyak 500 mg per hari. Sedangkan konsumsi garam rata-rata harian
orang Indonesia sekitar 30-
Ginjal akan menahan natrium saat tubuh kekurangan natrium. Sebaliknya saat kadar natrium di dalam tubuh tinggi, ginjal akan mengeluarkan kelebihan tersebut melalui urin. Apabila fungsi ginjal tidak optimal, kelebihan natrium tidak bisa dibuang dan menumpuk di dalam darah. Volume cairan tubuh akan meningkat dan membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Tekanan darah pun akhirnya meningkat. Inilah yang terjadi pada penderita hipertensi.
Selama konsumsi garam tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan, kondisi pembuluh darah akan baik. Ginjal pun berfungsi baik. Proses kimiawi dan faali tubuh tetap berjalan normal, tidak mengalami gangguan.
Garam
tidak bisa selalu disalahkan pada kasus naiknya tekanan darah. Pada orang sehat
maupun penderita hipertensi, tingginya konsumsi garam hanya sedikit sekali
bahkan tidak ada pengaruhnya terhadap tekanan darah. Sementara, ada orang yang
secara genetik sensitif terhadap asupan natrium. Terlalu banyak natrium yang
masuk membuat tekanan darah langsung meningkat, bahkan memicu hipertensi. Budi Sutomo.