MENGATASI BALITA SUSAH MAKAN, SUSAH MAKAN SAYUR DAN SUSAH MINUM SUSU - POLA MAKAN YANG BAIK UNTUK ANAK BALITA

Kiat Mengatasi Balita Susah Makan

Anak usia balita merupakan masa bermain. Pada masa ini, anak kadang lebih tertarik terhadap mainan dibandingkan makanan. Perlu kiat khusus agar balita tidak susah makan yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.

Usia balita merupakan masa peralihan makanan dari makanan pendamping ASI ke makanan orang dewasa. Namun, pemberiannya juga masih bertahap disesuaikan dengan kemampuan sistem pencernaan anak dan kebutuhan gizinya. Di usia ini, saatnya Anda memperkenalkan ragam makanan. Namun, ingat pilih yang sehat dan alami karena akan menentukan pola makan anak selanjutnya.

Menurut pakar gizi Dr. Tien Ch. Tirtawinata Sp.Gk, menjelaskan bahwa selepas masa ASI ekslusif selama 6 bulan bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI. Mengingat menginjak bayi kebutuhan gizinya semakin meningkat. ASI sebagai makanan utama sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan gizi bayi.

Seiring bertambahnya usia kemampuan pencernaan anak semakin meningkat. Tahap selanjutnya seorang anak dikelompokan lagi menjadi anak usia batita (1—3 tahun) dan prasekolah (4—5 tahun). Batita merupakan konsumen pasif, artinya dia masih menerima saja makanan yang diberikan orang tuanya. Berikan makan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering (7—8 kali) sehari, terdiri atas tiga kali makan pagi, siang, dan sore, 2—3 kali makan selingan, dan 3—4 kali minum susu.

Berbeda dengan batita, anak prasekolah adalah konsumen aktif sehingga dia sudah bisa menentukan makanannya sendiri. Aktivitasnya juga lebih tinggi sehingga kebutuhan energinya lebih banyak daripada batita. Oleh karena itu, porsi makan diperbesar daripada batita dengan frekuensi diturunkan menjadi 5—6 kali sehari, terdiri atas 3 kali makan pagi, siang, dan sore dan 2 kali makan selingan. Susu 2 kali sehari (pagi dan malam hari) atau dicampurkan pada makanan.

Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata Yang Dianjurkan

(Per orang per hari) 

Kelompok umur

0-6 bulan

7-11 bulan

1-3 tahun

4-6 tahun

Tinggi badan (cm)

60

71

90

110

Berat badan (kg)

6,0

8,5

12,0

17,0

Energi (kkal)

550

650

1000

1550

Protein (g)

10

16

25

39

Vitamin A (RE)

375

400

400

450

Vitamin D (mcg)

5

5

5

5

Vitamin E (mg)

4

5

6

7

Vitamin K (mcg)

5

10

15

20

Thiamin (mg)

0,3

0,4

0,5

0,6

Riboflavin (mg)

0,3

0,4

0,5

0,6

Niacin (mg)

2

4

6

8

Asam Folat (mcg)

65

80

150

200

Piridoksin (mg)

0,1

0,3

0,5

0,6

Vitamin B 12 (mcg)

0,4

0,5

0,9

1,2

Vitamin C (mg)

40

40

40

45

Kalsium (mg)

200

400

500

500

Fosfor (mg)

100

225

400

400

Magnesium (mg)

25

55

60

80

Besi (mg)

0,5

7

8

9

Yodium (mcg)

90

90

90

120

Seng (mg)

1,3

7,5

8,2

9,7

Selenium (mcg)

5

10

17

20

Mangan (mg)

0,003

0,6

1,2

1,5

Fluor (mg)

0,01

0,4

0,6

0,8

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004

Kiat Mengatasi Balita Susah Makan

Usia balita adalah masa peralihan makanan dari makanan pendamping ASI ke makanan orang dewasa. Perhatikan porsi, jenis bahan makananya serta kandungan gizi karena kemampuan sistem pencernaan anak belum sesempurna orang dewasa. Pola makan harus berpedoman terhadap pola menu seimbang dan bahan makanan sebaiknya dipilih yang tidak memicu alergi. Hindari memberikan makanan dengan bumbu terlalu tajam karena bisa menggangu pencernaan anak.

Kini saatnya Anda memperkenalkan beragam jenis  makanan. Makanan bergizi merupakan salah satu faktor penentu tercapainya pertumbuhan dan perkembangan optimal di masa balita. Apalagi pada masa ini perkembangan otak masih berlangsung. Berikut tip dan trik mengatasi masalah-masalah makan pada anak usia balita agar si buah hati tumbuh sehat, cerdas, dan kreatif.

Balita Susah Makan

Masalah ini paling sering dikeluhkan orang tua. Hal ini patut segera diatasi. Susah makan dalam waktu berkepanjangan bisa menyebabkan anak kurang gizi, serta tergangu pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Berbahaya, bukan? Coba ikuti tip dan trik berikut ini untuk mengatasi si kecil yang susah makan.

1. Berikan balita makanan sesuai dengan tahap makanannya. Pada usia ini, balita mulai diberi makanan keluarga dan tinggalkan makanan bayinya.

2. Berikan makan secara sedikit demi sedikit, tetapi sering. Jangan paksakan anak karena bisa membuat anak tidak menyukai makanan itu seumur hidupnya.

3. Balita memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Untuk menarik minat makannya, libatkan dia untuk menyiapkan makanannya sendiri, sekaligus mengenalkan makanan yang dimakannya. 

4. Variasikan jenis makanan yang diberikan. Hindari memberikan makanan yang itu-itu saja. Makanan baru bisa membuat anak lebih bersemangat makan.

5. Sajikan makanan semenarik mungkin. Tidak hanya bentuk, tapi juga tekstur, rasa, dan warna.

6. Gunakan piranti saji dengan bentuk dan warna yang menarik. Pilih piranti berlabel food grade sehingga aman dan tidak mencemari makanan bayi.

7.  Ajaklah anak makan dengan pendekatan yang baik, tanpa memaksa. Gunakan nada suara lembut dan jelaskan arti pentingnya makan buatnya.

8. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, bisa dengan mendongeng, mendengarkan musik, atau mengajak makan bersama dengan teman-temannya.

9.  Kontrol pemberian kudapan dan susu di antara jam makan. Jika berlebihan bisa membuat anak masih kenyang saat memasuki jam makan.

10. Hindari kudapan yang rasa manis dan asinnya berlebihan karena membuat anak banyak minum sehingga anak sudah kenyang sebelum mengonsumsi makanan utamanya.

11. Hindari pemberian air putih yang berlebihan. Air putih baik untuk memenuhi cairan dalam tubuh, tetapi tidak mengandung nilai gizi. Jangan sampai air putih menggantikan susu yang kaya gizi.

12.  Beri kesempatan pada anak untuk memilih menu yang disukai. Gantilah jika anak bilang tidak menyukai makanan itu dan tanyakan jenis makanan apa yang diinginkan.

13. Selalu gunakan pendekatan yang lembut, tanpa ancaman dan hukuman. Hal ini bisa membuat anak protes, misalnya dengan melakukan aksi mogok makan.

Makan Sayur Yuk...

     Banyak anak yang tidak suka makan sayur dan terbawa sampai dewasa. Padahal sayuran adalah sumber mineral dan vitamin yang menunjang pertumbuhan dan memelihara kesehatan tubuh. Di dalamnya juga terdapat serat makanan yang baik untuk memperlancar pencernaan dan mencegah kegemukan anak. Untuk menghindari dan mengatasi kesulitan makan sayuran, ikuti tip-tip praktis berikut ini.

1.     Terapkan tahapan makanan yang benar sejak bayi. Mulai usia 6 bulan, bayi sudah diberi bubur lembut. Di tahapan inilah, orang tua bisa memperkenalkan aneka sayuran. Dengan demikian, memori anak akan mengingat rasa sayuran seiring dengan pertambahan usianya.

2.  Jika anak sudah terlanjur tidak suka sayur, kreatiflah memvariasikan hidangan yang berbahan sayuran. Tidak harus anak makan sayuran dalam bentuk tunggal, bisa juga sayuran dimasak bersama dengan bahan makanan yang digemari anak, misalnya dengan dibuat, sandwich, isi roti burger, cake, cookies, dicampur puding, nugget atau rolade sayuran.   

3. Percantik dan variasikan tampilan sayuran. Seperti memotong sayuran cetakan aneka bentuk binatang. Dengan cara ini anak akan lebih tergugah selera makannya.

4.     Di saat makan, cobalah sambil bercerita tentang pentingnya mengonsumi sayuran. Gunakan bahasa yang lembut dan mudah dipahami. Lambat laun, anak akan mengerti dan mau makan sayur dengan sendirinya.

Kiat Mengatasi Balita Susah Minum Susu

Susu merupakan penyempurna kebutuhan nutrisi balita yang sangat penting. Baik untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan balita. Minuman ini merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral yang tidak boleh ditinggalkan dalam menu keseharian balita. Namun, banyak orang tua yang mengeluh karena balitanya menolak diberi susu.  Berikut kiat mengatasi balita susah minum susu. 

1.  Jangan hanya berikan susu yang berwarna putih. Apalagi saat ini rasa dan tampilan susu beranega ragam, seperti rasa cokelat, stoberi, melon, atau jeruk  sehingga balita punya pilihan untuk memilih rasa susu kegemarannya.  

2. Kreasikan susu menjadi makanan dalam bentuk lain sehingga si kecil seolah tidak dipaksa untuk meminumnya. Susu bisa dimasukkan ke dalam olahan makanan lain, seperti dibuat cream soup, macaroni schotel, menjadi campuran cake, crepe, kue, atau dibuat puding.

3.  Susu bisa diberikan dalam bentuk cair atau bubuk. Untuk mendapatkan satu gelas susu (200 ml) diperlukan 25 g susu bubuk atau setara dengan 3 sendok makan susu bubuk.

4. Perhatikan reaksi anak, karena tidak semua balita cocok diberikan susu sapi. Anak yang mengalami ganguan pencernaan akibat susu, seperti laktosa intoleran  perlu diberikan susu jenis yang lain, seperti susu kedelai sebagai alternatif lain sumber protein. Teks/foto: Budi Sutomo.

 

BELANJA COD ALAT MASAK DAN DEKORASI KUE

BELANJA GROSIR COD ALAT MASAK & DEKORASI KUE

RESEP FAVORIT

RESEP FAVORIT
Tom Yum Soup Thailand

Ayam Goreng Lengkuas

Puding Brownies Lumer

Cheesecake Mangga

Roti Goreng Praktis

ARTIKEL POPULER

MENGENAL ANEKA FUNGSI DAN PERBEDAAN BAHAN PENGEMBANG KUE DAN ROTI - OVALET - BAKING POWDER - SP - VX - BREAD IMPROVER - CREAM OF TAR-TAR - RAGI - BAKING SODA DLL

EUPHORBIA, Bunga Cantik Pembawa Hoki

Perbedaan Bumbu Daun Salam dan Bay Leaf

Mengenal Bumbu Dapur - Kas-Kas