Tempe & Tahu Mahal !
Mal Nutrisi Datang
Harga kedelai melambung tinggi, kondisi ini berdampak terhadap mahalnya komoditas pangan produk turunan kedelai seperti tempe dan tahu. Dampaknya sangat vital terhadap ketahanan gizi masyarakat Indonesia, mengingat selama ini tempe-tahu merupakan sumber protein murah yang mudah didapat. Ancaman penyakit kekurangan gizi terutama protein mengancam kesehatan masyarakat.
Musim panas dan kekeringan yang melanda kawasan pertanian di Amerika Serikat berdampak terhadap menurunnya produksi kedelai. Padahal kedelai produk Amerika merupakan sumber utama bahan baku tempe dan tahu di Indonesia. Menurunya jumlah impor kedelai ini tentu berdampak terhadap mahalnya harga kedelai dan berimbas terhadap langka dan mahalnya tahu dan tempe.
Ancaman Mal Nutisi
Bagi masyarakat Indonesia, tempe dan tahu adalah lauk harian yang selalu tersaji di meja makan. Hari-hari terahir, banyak para ibu yang bingung mencari alternatif lain lauk pengganti tahu dan tempe yang mulai langka dan mahal di pasaran. Menurut pakar gizi, Pro. Dr. Ir. Ali Khomsan. MS, nutrisi tempe dan tahu bisa diganti dengan kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang hijau dan kacang buncis. Masalahnya mengubah cara pandang masyarakat tentang tempe dan tahu yang susah. Masyarakat sudah terbiasa mengolah tahu dan tempe dengan cita rasa yang lezat dan khas. Untuk merubah dengan bahan lain, belum tentu penerimaan masyarakat akan sama responnya dengan tahu dan tempe. Cita rasa tahu dan tempe memang lezat, karenanya masyarakat menyukai bahan ini sebagai bahan baku masakan untuk menu sehari-hari.
Pemerintah harus segera turun tangan terhadap permasalahan mahalnya tahu dan tempe. Selain meningkatkan produksi kedelai lokal, kebijakan pemerintah terkait impor kedelai juga harus pro rakyat agar harga kedelai tidak terus melambung dan semakin sulit dijaungaku oleh masyarakat.
Harga tahu dan tempe yang mahal akan berdampak terhadap ketahanan pangan nasional dan kesehatan masyarakat. Bagi rakyat ekonomi rendah, sumber utama protein diperoleh dari tahu dan tempe. Jika bahan ini mahal, masyarakat akan sulit mencari alternatif sumber protein murah. Mereka tidak akan bisa beralih ke susu, daging, ayam, atau ikan karena harganya yang mahal. Tempe dan tahu adalah sumber utama protein mereka. Kemungkinan besar masyarakat ekonomi rendah akan beralih ke gorengan seperti bakwan, kerupuk atau oncom, namun bahan pangan ini hanya kaya karbohidrat dan lemak namun miskin protein.
Menilik Nutrisi Tempe & Tahu
Tahu dan tempe merupakan makanan yang bisa dibilang sempurna. Tempe dan tahu keduanya tinggi protein, mudah dicerna tubuh dan kaya akan kalsium. Tahu misanya, setiap 100 g tahu mengandung 10.9 g protein. Tahu juga memiliki kandungan mineral esensial yang cukup komplit, seperti kalsium, fosfor dan zat besi. Setiap 100 g tahu mengandung sekitar 223 mg kalsium sedangkan susu sapi segar hanya mengandung 149 mg. Di dalam tubuh, mineral kalsium memiliki beragam manfaat. Prof. Dr. Ir Made Astawan menjelaskan, menuturkan jika manfaat kasium sangat vital, seperti mencegah pengeroposan tulang dan membantu pertumbuhan tulang dan gigi. Mineral kalsium juga dapat mengurangi risiko terjadinya kanker, mencegah osteoporosis serta berperan dalam regulasi hormon dan aktivasi enzim.
Lemak di dalam tahu juga tidak bisa diabaikan, lemak tahu adalah lemak nabati yang non kolesterol sehingga sehat dan aman dikonsumsi. Setiap 100 g yahu mengandung lemak sekitar 4.7 g. Lemak bermanfaat untuk memberi energi bagi tubuh, membantu pencernaan vitamin A, D, E, dan K serta menjaga elastisitas kulit dan otot.
Meskipun bukan sumber utama energi, kandungan energi di dalam tahu juga lumayan tinggi. Setiap 100 g tahu mengandung 80 kkal energi. Energi ini dimanfaatkan tubuh untuk beraktifitas dan memberikan energi untuk metabolisme basal.
Bahan pangan hewani mengandung protein lebih tinggi dibandingkan protein nabati seperti tahu. Namun harga yang mahal menjadikan masyarakat tidak dapat mengonsumsi lauk-pauk hewani setiap hari. Oleh sebab itu, bahan pangan berbahan kedelai seperti tahu yang kaya protein bisa menjadi alternatif lauk harian masyarakat. Protein nabati dalam tahu bermanfaat untuk membangun sel tubuh serta mengganti sel-sel yang rusak.
Seperti halnya tahu, tempe juga sumber protein nabati yang baik. Dalam 100 g tempe mengandung 45.6 g protein, angka yang cukup tinggi. Bandingkan dengan daging sapi yang hanya mengandung 18.8 g protein per 100 g. Protein tempe menjadi sangat tinggi dibandingkan kedelai karena saat proses fermentasi, jamur membuat komposisi zat gizi terutama protein menjadi meningkat. Fermentasi juga melunakkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak sehingga mudah dicerna nutrisinya oleh tubuh.
Selain protein, tempe kaya akan lemak sehat dan beragam vitamin. Seperti vitamin A, D, E dan K. Golongan vitamin B seperti vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin) juga banyak terkandung di dalam tempe. Khusus vitamin B12, jenis vitamin ini akan meningkat sebanyak 33 kali dibadingkan kandungan vitamin B12 di dalam kedelai. Meningkatnya kandungan vitamin B12 terjadi selama proses fermentasi. Dari golongan mineral, tempe juga kaya akan zat besi, fosfor dan kalsium. Yang baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Cegah Beragam Penyakit
Tahu dan tempe memang bahan pangan yang sangat potensial dan bernutrisi tinggi. Beragam penyakit seperti kurang kalori protein, anemia, dan keropos tulang dapat dicegah dengan mengonsumsi tahud an tempe. Manfaat ini diperoleh karena kandungan nutrisi yang tinggi. Seperti adanya kandungan vitamin B12 umumnya terdapat di dalam bahan pangan hewani, namun di dalam tempe mengandung vitamin B12 yang cukup tinggi. Kandungan vitamin B12 di dalam tempe sekitar 1.5 - 6.3 mg per 100 g tempe kering. Di dalam tubuh vitamin B12 dapat membantu pembentukan sel darah merah, karenanya mengkonsumsi tempe dapat mencegah anemia.
Kandungan kapang di dalam tempe menghasilkan enzim fitase yang dapat menguraikan asam fitat menjadi inositol dan fosfor. Terurainya asam fitat ini, mineral seperti magnesium, seng, zat besi dan kalsium lebih tersedia dan dimanfaatkan tubuh. Mineral seperti zat besi ini merupakan komponen penting dalam pembentukan sel darah merah.
Bagi anak dan remaja yang sedang masa pertumbuhan, mengonsumsi tahu sangat
dianjurkan. Tahu yang kaya kalsium membantu proses pertumbuhan tulang dan gigi
menjadi optimal. Sedangkan bagi orang dewasa, mengonsumsi tahu dapat mecegah
penyakit osteoporosis atau keropos tulang. Budi Sutomo.