Kasus Narkoba Raffi Akhmad membuat geger
masyarakat Indonesia. Banyak pertanyaan
mengusik ketika tiba-tiba BNN mengintruksikan untuk memusnahkan tanaman Khat (Catha Edulis) yang diduga sebagai bahan
baku Chatinone. Apakah benar daun
Khat berbahaya bagi kesehatan? Atau mungkin justru bermanfaat?
Kalau dilihat dari seni kuliner, daun khat
atau sering juga disebut daun ghat memiliki citarasa asam dan ada rasa sedikit getir. Bentuknya seperti daun salam.
Aroma normal tidak ada aroma yang terlalu menyengat. Jadi daun mudanya cocok dan
cukup enak menjadi bahan lalapan sambal terasi dan lauk ikan asin. Dari sisi
nutrisi, daun khat yang pasti mengandung serat, klorofil, vitamin A, zat besi, dan
mineral esensial lainnya yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
Saya pribadi agak miris melihat BNN (Badan
Narkotika Nasional) melakukan instruksi agar musnahkan daun khat. Apakah benar
daun khat berbahaya untuk kesehatan? Atau mungkin sebaliknya berkhasiat sebagai
obat. Perlu dilakukan riset ilmiah mendalam. Karena Narkoba yang beredar dan
dikonsumsi Raffi Ahmad adalah methylone, zat turunan chatinone yang terbuat dari senyawa
kimia sintetis bukan dari daun khat.
Lantas bagimana dengan kandungan Chatinone alami yang ada di dalam
daun khat? Kemampuan manusia mengonsumsi daun khat segar paling hanya
segenggam, bahkan sebagian orang hanya mengunyah dan menelan sarinya. Apakah
dengan mengonsumsi segenggam daun khat kita akan mendapatkan efek negatif? Semua
yang berlebihan memang tidak baik dampaknya, bahkan alhokol durian, senyawa
mentol daun mint dan minyak atsiri daun kemangi jika diekstrak menjadi berbahaya
jika dikonsumsi berlebihan.
Banyak bahan pangan yang mengandung zat kimia dan memberi efek stimulan, seperti cafein pada
kopi dan teh, zingeron pada jahe, senyawa menthol pada daun mint dan zat aktif saponin
dalam ginseng. Dalam ambang batas tertentu, efeknya akan menyegarkan tubuh dan
melancarkan peredaran darah. Lantas seberapa bahayanya efek stimulan dari bahan
pangan segar? atau justru menyehatkan?. Ini yang harus dikaji ulang.
Mungkin lebih bijak jika pemerintah dengan lembaga terkait melakukan
penelitian mendalam tentang bahaya daun ini jika dikonsumsi segar. Benarkah
berbahaya, berapa ambang batasnya, atau mungkin malah bermanfaat untuk
kesehatan. Karena image daun ini menjadi
sangat buruk setelah kasus narkoba Raffi Akhmad, padahal narkoba yang
dikonsumsi Raffi tidak terbuat dari daun ini. Ngga tega rasanya melihat daun
ini dimusnahkan begitu saja tanpa ada landasan penelitian ilmiah yang kuat.
Sepertinya tindakan bodoh. Budi Sutomo.
betull,,,,,,, seharusnya ada penelitian yang dilakukan oleh peneliti ahli, sebelum memusnahkannya
ReplyDelete